English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Foto Proses Pembangunan Gedung MDI

Foto kebersamaan dalam kerjasama santri dan warga sekitar dalam membangun gedung Madrasah Dinniyah Islamiyah Podok Pesantren Hidayatul Muhsinin

Alumni Hidayatul Muhsinin

Alumni santri HDM gembira bersama dalam rangka silaturrahmi pada hari ke-2 Idul Fitri

Pengasuh Bersama Muhaimin Iskandar

Foto bersama pengasuh dan MENAKERTRANS dan para kiyai dalam peresmian pesantren di daerah hulu.

Penampilan Qosidah Hadrah/ Marawis

Qosidah Hadrah / Marawis adalah salah satu kesenian didalam islam dan merupakan salah satu kegiatan seni yang dipelajari santri dipesantren

Santri mengaji kitab kuning

Kitab kuning merupakan ruh bagi pesantren, pesantren yang tidak mengajarkan kitab kuning kepada santrinya masih belum afdol. Pesantren Hidayatul Muhsinin mewajibkan santri untuk mengaji kitab sesaat setelah sholat wajib

Senin, 07 September 2015

Benarkah Thariq bin Ziyad Membakar Kapalnya Saat Menyerang Spanyol?

 Benarkah Thariq bin Ziyad Membakar Kapalnya Saat Meenyerang Spanyol.

Salah satu kisah yang paling terkenal tentang perjuangan Thariq bin Ziyad menuju Andalusia adalah sebuah peristiwa heroik yang dilakukan Thariq, membakar kapal-kapal yang ia dan pasukannya gunakan untuk menyeberangi Selat Gibraltar. Setelah itu Thariq mengatakan, “Lautan terbentang di belakang kalian, musuh-musuh berada di hadapan kalian, dan tidak ada jalan selamat bagi kalian kecuali dengan pedang!!”
Kisah ini sangat popular di masyarakat, namun ternyata –mungkin kita tidak pernah mendengarnya- peristiwa ini dilemahkan oleh para ulama sejarah. Di antara yang melemahkan kisah tersebut adalah Dr. Raghib as-Sirjani. Berikut ini kami kutipkan pendapat beliau mengenai keabsahan kisah tersebut.
Menurut Raghib as-Sirjani, kisah ini masih diperdebatkan (debatable) di kalangan sejarawan. Ada yang mengatakannya shahih benar-benar terjadi dan tidak sedikit pula yang mengatakan kisah ini palsu. Alasannya adalah:

Pertama

tidak ada riwayat yang shahih mengenai peristiwa ini. Umat Islam yang memiliki keistimewaan dengan ilmu jarh wa ta’dil (ilmu yang meneliti tentag periwayatan) menimbang bahwa seorang periwayat haruslah orang-orang yang terpercaya. Dan tidak ada seorang pun yang terpercaya dari kalangan umat Islam yang meriwayatkan kisah ini. Kisah ini diriwayatkan dari riwayat orang-orang Eropa yang menulis tentang peristiwa Perang Sidonia atau Perang Lembah Barbath.

Kedua

kebijakan pembakaran kapal ini harus dengan izin atau koordinasi dengan para pembesar Kerajaan Umawiyah, seperti amir Afrika Utara, Musa bin Nushair atau Khalifah al-Walid bin Abdul Malik karena merekalah yang mengizinkan Thariq berangkat ke Andalusia. Atau pasti ada kabar bahwa Musa bin Nushair dan khalifah meminta penjelasan mengapa Thariq melakukan hal yang dapat membahayakan belasan ribu nyawa kaum muslimin. Atau juga ada koordinasi dengan para ulama untuk menimbang mafsadat dan madaratnya. Semua catatan sejarah yang mengatakan Thariq bin Ziyad membakar kapal-kapalnya tidak menyebutkan semua pertimbangan di atas. Tentu saja hal in mendatangkan keraguan.
Sebagaimana kita ketahui di kisah sebelumnya bahwa Thariq bin Ziyad selalu berkoordinasi dengan Musa bin Nushair dalam kebijakan yang dia lakukan.

Ketiga

sumber-sumber Eropa berperan besar dalam tersebarnya kisah ini. Mengapa demikian? Karena logika mereka tidak mampu memahami, bagaimana bisa 100.000 pasukan Visigoth Nasrani, di negeri dan tanah mereka sendiri, mereka benar-benar mengenal medan pertempuran, dikalahkan oleh sekelompok kecil pasukan asing yang hanya terdiri dari belasan ribu pasukan saja?! Kisah ini berkembang lantaran sebuah asumsi pasukan Islam tidak ada lagi pilihan lagi kecuali tenggelam di laut atau mati di medan perang.
Demikianlah penafsiran orang-orang Nasrani Eropa, dan pemahaman mereka ini bisa dimaklumi karena mereka tidak mengetahui janji Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya.

كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah: 249)

Keempat

tidak pernah tercatat dalam sejarah peperangan umat Islam, umat Islam merasa kecut berhadapan dengan musuh-musuhnya sehingga mereka butuh motivasi tambahan dengan membakar kapal-kapal mereka. Kaum muslimin berangkat berperang dengan tujuan utama kemenagan atau syahid di jalan Allah.

Kelima

kekalahan dalam peperangan adalah sebuah kemungkinan yang bisa saja terjadi. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala membolehkan pasukan yang berjihad untuk mundur dengan alas an agar bisa bergabung dengan pasukan yang lain.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ الْأَدْبَارَوَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَىٰ فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. Al-Anfal: 15-16)
Jadi Allah Ta’ala memberi peluang pasukan Islam untuk mundur apabila mereka sudah pasti melihat kekalahan dan merugikan umat Islam lainnya, dengan syarat hal itu sebagai strategi perang atau bergabung untuk menambah jumlah pasukan lainnya. Kebijakan membakar kapal adalah keputusan yang membahayakan pasukan, merugikan kaum muslimin, dan bertentangan dengan syariat. Fiqih seperti ini sangat diragukan terjadi pada seseorang yang diangkat menjadi panglima perang semisal Thariq bin Ziyad.

Keenam

sebagaimana disebutkan Ibnu Adzari dalam al-Bayan al-Maghrib 2:6, dan al-Himyari dalam al-Raudh al-Mu’thar Hal. 35, tidak semua kapal yang membawa pasukan Islam menyeberang ke Andalusia milik Thariq bin Ziyad, ada beberapa di antaranya milik dari Raja Julian. Julian adalah salah seorang yang tidak senang dengan kekuasaan Roderick yang zalim. Dengan demikian, Thariq harus mengembalikan kapal-kapal yang ia pinjam bukan malah membakarnya.
Dari poin-poin di atas, Raghib as-Sirjani menyimpulkan bahwa peristiwa pembakaran kapal ini adalah kisah fiktif yang sengaja dibuat untuk menafikan kekuatan keimanan pasukan Islam dan pertolongan yang Allah berikan dengan kesabaran mereka.

Sumber: Qishshatu al-Andalus min al-Fathi ila as-Suquth

Disusun oleh Nurfitri Hadi

Artikel www.KisahMuslim.com


Minggu, 06 September 2015

Maryam Teladan Bagi Muslimah


 Maryam Teladan Bagi Muslimah

Maryam adalah wanita terbaik sepanjang masa. Wanita terbaik dalam kurun sejarah wanita, dari Hawa hingga kelak yang terakhir, entah siapa. Banyak kaum hawa mencari idola dan suri teladan. Namun mereka tidak tahu siapa kiranya yang pantas diteladani. Yang lain, ada yang punya idola, tapi terkadang hanya latah dan salah langkah. Apakah wanita muslimah tahu tentang Maryam? Tahukah wanita muslimah bahwa Allah telah memujinya sebagai wanita dalam peradaban manusia? 

Allah ﷻ berifman,
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَالَمِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (QS. Ali Imran: 42).

Dialah pemuka kaum wanita di surga. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha
bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
سَيِّدَاتُ نِسَاءِ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَرْبَعٌ: مَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَفَاطِمَةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَخَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ، وَآسِيَةُ
“Pemuka wanita ahli surga ada empat: Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah ﷺ, Khadijah binti Khuwailid, dan Asiyah.” (HR. Hakim 4853).

Maryam, ayahnya adalah Imran, laki-laki shaleh dari Bani Israil. Ibunya adalah wanita shalehah yang telah menyerahkan putrinya yang masih dalam kandungan untuk berkhdimat kepada Allah.
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
(Ingatlah), ketika isteri ´Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Ali Imran: 35).

Dan putranya adalah seorang rasul dari kalangan ulul azmi, Isa bin Maryam ﷺ.

Masa Kecilnya 

Imran ayah Maryam wafat saat anaknya ini masih dalam kandungan ibunya. Atau ia wafat bersamaan dengan kelahiran putrinya (Fabihudahum Iqtadih oleh Syaikh Utsman al-Khomis, Hal: 442). Ibu Maryam berdoa agar anaknya tidak diganggu oleh setan. Sehingga saat Maryam dilahirkan, setan tidak diperkenankan untuk mengganggunya. Nabi ﷺ bersabda,
مَا مِنْ بَنِي آدَمَ مَوْلُودٌ إِلَّا يَمَسُّهُ الشَّيْطَانُ حِينَ يُولَدُ، فَيَسْتَهِلُّ صَارِخًا مِنْ مَسِّ الشَّيْطَانِ، غَيْرَ مَرْيَمَ وَابْنِهَا » ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: {وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ }
“Setiap anak manusia pasti diganggu setan ketika dia dilahirkan, sehingga dia teriak menangis, karena disentuh setan. Kecuali Maryam dan putranya.” (HR. Bukhari 4548 dan Muslim 2366).
Lahirlah Maryam dalam keadaan yatim. Namun karena keberkahan dari keshalehan kedua orang tuanya, banyak ahli ibadah di Baitul Maqdis yang hendak mengasuhnya. Kemudian Rasulullah Zakariya yang menjadi pengasuh Maryam. Karena kedekatan hubungan famili.

Wanita Shalehah Yang Menjauhi Gangguan Laki-Laki

Allah memuji Maryam dengan wanita yang benar. Allah Ta’ala berfirman,
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ ۖ
“Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar…” (QS. Al-Maidah: 75).
Maryam sangat menjaga kesucian dirinya. Ia tidak sembarangan berdekatan dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Ia tidak menggoda laki-laki dan juga menjauhi godaan mereka. Apakah wanita tergoda dengan laki-laki? Ya, karena secara naluri, wanita pun memiliki ketertarikan kepada laki-laki. Dan wanita yang baik adalah yang menjaga diri untuk membuat laki-laki tergoda dan menjaga diri dari godaan laki-laki.
Pernah suatu ketika Jibril datang kepada Maryam. Datang dalam fisik laki-laki yang sempurna. Namun Maryam tetap menjaga dirinya. Allah Ta’ala berfirman,
فَاتَّخَذَتْ مِنْ دُونِهِمْ حِجَابًا فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا. قَالَتْ إِنِّي أَعُوذُ بِالرَّحْمَٰنِ مِنْكَ إِنْ كُنْتَ تَقِيًّا
“Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna. Maryam berkata: “Sesungguhnya aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. (QS. Maryam: 17-18).
Melihat laki-laki yang sangat sempurna ketampanannya, Maryam tidak terkecoh dengan merendahkan dirinya mencoba menarik perhatian laki-laki tersebut. Ia malah berlindung kepada Allah dan meminta laki-laki tersebut menjauh. Hingga akhirnya Jibril mengatakan,
قَالَ إِنَّمَا أَنَا رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَامًا زَكِيًّا
Ia (jibril) berkata: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci”. (QS. Maryam: 19).
Barulah Maryam tahu bahwa laki-laki tersebut tidak bermaksud menggoda dan mengganggunya. Dan ia juga bisa menjaga diri darinya. Ternyata ia adalah malaikat yang Allah utus untuk menemuinya.

Pelajaran:

Hendaknya wanita muslimah menjadikan Maryam sebagai salah satu teladannya. Janganlah menjadikan orang-orang yang di bawah beliau sebagai teladan. Apalagi dari kalangan non Islam. Agama kita yang mulia banyak melahirkan sosok-sosok wanita tangguh. Mereka hebat dalam menjalani kehidupan dunia, memiliki cita-cita tinggi di akhirat, dan taat kepada Rabb mereka, Allah ﷻ.
Sudah seharusnya wanita muslimah menjaga diri dari laki-laki. Karena itulah kemuliaan. Jangan tertipu dengan ungkapan bahwa kehebatan wanita itu karena mampu menaklukkan laki-laki dengan rayuan. Parameter wanita muslimah bukanlah Cleopatra yang mampu menaklukkan para pembesar dunia dengan tipu dayanya.
Contohlah Maryam. Terutama di zaman interaksi laki-laki dan perempuan hampir tak ada batas. Maryam yang sudah Allah sebut langsung sebagai wanita yang terpilih, wanita baik-baik, wanita yang disucikan, namun masih enggan berdekatan dengan laki-laki karena takut tergoda. Ia takut kalau berdekatannya dengan laki-laki akan menimbulkan sesuatu yang Allah haramkan.
Lalu bagaimana dengan wanita muslimah sekarang? Wanita muslimah saat ini, bukanlah termasuk yang disucikan oleh Allah. Semestinya lebih pintar menjaga diri mereka. Wahai saudara muslimah, mintalah taufik dan pertolongan kepada Allah. Mintalah kepada-Nya penjagaan. Penjagaan kesucian diri dan kehormatan sebagai seorang muslimah.

Daftar Pustaka:
– al-Khomis, Utsmani bin Muhammad. 2010. Fabihudahum Iqtadih. Kuwait: Dar al-Ilaf.
– Sayyidatu an-Nisa ‘alal Ithlaq: http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=18203
Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Artikel www.KisahMuslim.com

Kamis, 03 September 2015

Balasan Kebaikan Adalah Kebaikan

kisah orang baik

Pada suatu hari ada seorang pemabuk yang mengundang sekelompok sahabatnya. Mereka pun duduk, kemudian si pemabuk memanggil budaknya, lalu ia menyerahkan empat dirham kepada pembantunya dan menyuruhnya agar membeli buah-buahan untuk teman-temannya tersebut. Di tengah-tengah perjalanan, si pembantu melewati seseorang yang zuhud, yaitu Manshur bin Ammar. Beliau berkata, “Barangsiapa memberikan empat dirham kepadanya. Selanjutnya Manshur bin Ammar bertanya, “Doa apa yang Anda inginkan?” Lalu ia menjawab, “Pertama, saya mempunyai majikan yang bengis. Saya ingin dapat terlepas darinya. Kedua, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan empat dirham untukku. Ketiga, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubat majikan saya. Keempat, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan untukku. Ketiga, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubat majikan saya. Keempat, saya ingin Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan untukku, untuk majikanku, untukmu, dan orang-orang yang hadir di sana.” Kemudian Manshur mendoakannya.

Pembantu itu pun berlalu dan kembali kepada majikannya yang gemar menghardiknya. Majikannya bertanya kepadanya, “Mengapa kamu terlambat dan mana buahnya?” Lantas ia menceritakan bahwa ia telah bertemu sang ahli zuhud bernama Manshur dan bagaimana ia telah memberikan empat dirham kepadanya sebagai imbalan empat doa. Maka, amarah sang majikan pun redam. Ia bertanya, “Apa yang engkau mohonkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?” Ia menjawab, “Saya mohon untuk diriku agar saya dibebaskan dari perbudakan.” Lantas majikannya berkata, “Sungguh, saya telah memerdekakanmu. Kamu sekarang merdeka karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apa doamu yang kedua?” Ia menjawab, “Saya memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menggantikan empat dirham buatku.” Majikannya berkata, “Bagimu empat dirham. Apa doamu yang ketiga?” Ia menjawab, “Saya memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubatmu.” Lantas si majikan menundukkan kepalanya, menangis, dan menyingkirkan gelas-gelas arak dengan kedua tangannya dan memecahkannya. Lalu ia berkata, “Saya bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya tidak akan mengulanginya lagi selamanya. Lalu apa doamu yang keempat?” Ia menjawab, “Saya memohon agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ampunan untukku, untukmu, dan orang-orang yang hadir di sini.” Sang majikan berkata, “Yang ini bukan wewenangku. Ini adalah wewenang Dzat Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Ketika sang majikan tidur pada malam harinya, ia mendengar suara yang mengatakan, “Engkau telah melakukan apa yang menjadi wewenangmu. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan ampunan kepadamu, si pelayan, Manshur bin Ammar, dan semua orang-orang yang hadir.”
Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1
Artikel www.KisahMuslim.com